kategori kisah hikmah

Cinta Abu Bakar kepada Nabi

Sangat Cintanya Sayyidina Abu Bakar As Sidiq Kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Abu Bakar R.A. adalah orang terbaik kedua
setelah Nabi Muhammad S.A.W. Pengabdian
dan pengorbanannya untuk Islam tidak
tertandingi, bahkan Rasulullah S.A.W. bersabda
jika keimanan seluruh penduduk dunia
ditempatkan dalam satu sisi timbangan, dan keimanan Abu Bakar ditempatkan di sisi
lainnya, maka keimanan Abu Bakar akan
mengalahkan beratnya keimanan seluruh
penduduk dunia. Hanya satu amal baik Abu
Bakar R.A. dapat mengalahkan SEMUA AMAL
BAIK Umar bin Khatab al Faruq R.A., meskipun kita tahu Umar al Faruq R.A. bukanlah orang
biasa. Dalam hadist Tabarani diriwayatkan bahwa
Rasulullah S.A.W. bersabda kepada Umar R.A.:
"Nabi Muhammad S.A.W. bersabda kepadaku
pada suatu ketika, ‘Wahai Umar, Jibril A.S.
telah datang kepadaku. Dan aku bertanya
kepada Jibril: ‘Wahai Jibril, ceritakan padaku keutamaan Umar R.A. di surga. Jibril A.S.
berkata kepadaku ‘Ya Rasulullah S.A.W., jika
aku terus-menerus menceritakan keutamaan
Umar kepadamu selama 950 tahun,
keutamaan Umar tidak akan habis diceritakan.
Dan ingatlah bahwa amal baik umar hanyalah satu amal baik dari amal-amal baik Abu Bakar
R.A.’” Abu Bakar R.A. merupakan orang kedua
setelah Nabi Muhammad S.A.W.
Bukankah dia yang beriman kepada Allah
setelah Nabi Muhammad S.A.W.?
Bukankah Abu Bakar R.A. adalah orang yang
tetap teguh ketika berhijrah setelah Rasulullah S.A.W.?
Bukankah Abu Bakar R.A. adalah orang yang
paling teguh setelah Rasulullah S.A.W. di dalam
gua Jabal Thawr ketika Rasulullah dan dirinya
dikejar-kejar orang-orang kafir?
Bukankah Abu Bakar R.A. adalah orang kedua yang paling beriman kepada perjalanan
Mi’raj setelah Nabi Muhammad S.A.W.?
Bukankah Abu Bakar R.A. adalah pemimpin
umat Muslim yang kedua setelah Nabi
Muhammad S.A.W.?
Bukankah Abu Bakar R.A. adalah orang kedua yang wafat setelah Nabi Muhammad S.A.W.?
Bukankah Abu Bakar R.A. yang kedua
disebutkan di dalam Al-Qur’an setelah
Rasulullah S.A.W.?
Bukankah dia lahir setelah Nabi Muhammad
S.A.W. yang lahir di hari Senin, sementara dia lahir di hari Selasa? Nabi Muhammad S.A.W.
lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal dan Abu
Bakar R.A. lahir pada tanggal 13 Rabiul Awwal.
Begitu juga komitmen, pengabdian, dan
pengorbanan Abu Bakar R.A. adalah yang
paling besar kedua setelah Nabi Muhammad S.A.W. Dan ketika seseorang membaca kitab hadist
atau buku-buku tentang Abu Bakar R.A., kita
dapat mengetahui bahwa Nabi Muhammad
S.A.W. dipilih oleh Allah S.W.T., begitu juga Abu
Bakar R.A. dipilih oleh Allah S.W.T., dia dipilih
untuk mengabdi dan berkorban untuk Islam, dia dipilih untuk membela Nabi Muhammad
S.A.W. di sepanjang waktu, Qadhi Abul Hassan Ahmad ibn Muhammad az
Zubaidi menulis dalam kitabnya, bahwasanya
Abu Hurairah R.A. berkata “Kaum Muhajirin
dan Anshar berkumpul di sekeliling Nabi
Muhammad S.A.W., dan Abu Bakar R.A.
bersumpah demi nyawa Rasulullah S.A.W. ‘Ya Rasulullah S.A.W., tidak pernah aku
bersujud di hadapan berhala, bahkan di masa
jahiliyah sekalipun.” Karena mendengar ini, Umar marah dan
membalas perkataannya “Wahai Abu Bakar,
kau mengatakan hal ini dan bersumpah demi
hidup Rasulullah S.A.W. bahwa kau tidak
pernah bersujud di hadapan berhala, tapi aku
pernah melihatmu berjalan ke tempat penyembahan berhala di masa-masa
jahiliyah.” Abu Bakar R.A. berkata “Ya Umar, itu tidak
seperti yang kau kira. Ayahku, Abu Quhafa
membawaku. Dia menuntun tanganku dan
membawaku ke salah satu tempat
penyembahan berhala. Kemudian dia
memberitahuku ‘berhala itu adalah tuhanmu. Bersujudlah kepadanya.’ Ayahku
meninggalkanku disana seorang diri. Aku
mendekati berhala itu dan meminta makanan,
minuman, dan pakaian. Dan ketika berhala itu
tidak menjawab, aku mengambil sebuah batu
dan melemparnya ke berhala itu. Ketika ayahku melihat apa yang telah kulakukan, dia
marah dan menamparku, kemudian ayahku
membawaku kepada ibuku dan menceritakan
kejadian ini dengan tujuan agar ibuku
memarahiku. Tapi ternyata ibuku malah memelukku dan
berkata ‘Ya Abu Quhafa, jangan berkata
buruk kepada anakku, karena ketika dia lahir,
aku menerima sambutan kepada anak ini.
Sebuah suara yang tanpa pemilik terdengar
“Wahai wanita hamba Allah, selamat karena kelahiran anakmu, yang bernama “Shiddiq”
di langit, yang merupakan seorang sahabat
dari Muhammad S.A.W.” Juga Abu Bakar R.A. pernah berkata:
“Sebelum Nabi Muhammad S.A.W. menerima
wahyu kenabian, aku bepergian ke Yaman.
Dan aku menemui seorang ahli kitab. Ketika
ahli kitab ini melihatku, dia berkata
‘Tampaknya kau berasal dari Haram.’ Aku berkata “Ya, aku dari Haram.” Kemudian
ahli kitab itu berkata “Tampaknya kau
berasal dari suku Quraisy?” Aku berkata
“Ya.” Kemudian dia berkata “Tampaknya
kau berasal dari klan Taym?” Aku berkata
“Ya.” Abu Bakar berkata “Mengejutkan karena
setelah dia mengatakan demikian, dia berkata
‘Hanya satu tanda yang belum kulihat.’
Aku bertanya padanya ‘tanda apa itu?’ Dia
berkata ‘tunjukkan perutmu.’” Aku
menolak dan bertanya ‘Kau harus memberitahuku dulu, kenapa aku harus
menunjukkan perutku?’ Kemudian dia
berkata padaku ‘aku membaca di dalam
kitab suci, bahwa seorang nabi akan diutus di
Haram, dan dua orang akan bersama nabi ini
dan menolongnya di sepanjang waktu. Yang satu adalah anak muda, dan yang kedua
adalah orangtua paruh baya. Dan untuk orang
yang paruh baya, tubuhnya kurus dan punya
kulit yang sangat putih. Dia punya tanda di
atas perutnya, dia juga punya tanda di paha
kirinya. Aku telah melihat semua tanda yang tersembunyi. Tunjukkan aku perutmu.’ Aku
menunjukkan perutku dan melihat ada tanda
di atas perutku. Dia bersumpah demi Tuhan
dari Ka’bah ‘aku bersumpah demi Tuhan
dari Ka’bah bahwa kaulah orangnya yang
telah disebutkan dalam kitab suci kami.’ Kemudian dia memberiku nasihat yang baik.
Dan setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku
meninggalkan Yaman dan berjalan menuju
Makkah Tul Mukarramah, dan aku menunggu
kedatangan nabi terakhir ini.” Dan ketika dia tahu bahwa nabi terakhir ini
tidak lain tidak bukan adalah teman masa
kecilnya, yaitu Muhammad bin Abdullah S.A.W.
yang telah menerima wahyu dari Allah, maka
tanpa keraguan sedikit pun, Abu Bakar R.A.
langsung beriman dan mengucapkan kalimat La ilaha ilallah muhammadar rasulullah. Keimanan yang begitu besar sampai-sampai
pada suatu ketika Jibril A.S. turun dari langit
dan berkata kepada Nabi Muhammad S.A.W.
“Ya Muhammad S.A.W., Allah menyampaikan
salamnya padamu, dan Allah berfirman
padamu ‘katakan kepada putra Abu Quhafa bahwa Allah S.W.T. meridhoinya.’” Seperti yang disabdakan Nabi Muhammad
S.A.W. “Setiap orang yang kuundang ke
dalam Islam akan mempunyai keraguan atau
paling tidak mempunyai pertanyaan tentangku
atau Islam. Abu Bakar adalah satu-satunya
orang yang tidak bertanya apapun ketika aku mengundangnya, tidak ada keraguan
sedikitpun, dia beriman dan mengucapkan
kalimat La ilaha ilallah muhammadar
rasulullah.” Dan karena hal ini, dia diberikan gelar Shiddiq
(yang paling jujur dan paling saleh), karena dia
tidak pernah sekalipun meragukan sabda
Rasulullah S.A.W. sampai-sampai diriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad S.A.W. baru saja
menggerakkan bibirnya, dan sebelum Nabi Muhammad S.A.W. mengucapkan apa yang
ingin disabdakannya, Abu Bakar R.A. langsung
berkata “Nabi Muhammad S.A.W. telah
berbicara benar.” Sampai-sampai ketika Nabi Muhammad S.A.W.
pergi ber Mi’raj, dalam satu malam Nabi
Muhammad S.A.W. pergi dari Makkah Tul
Mukarramah, Masjidil Haram, ke Masjidil Aqsa
di Yerussalem, dan dari sana dia naik ke
langit, dan kembali. Ketika dia S.A.W. menceritakan kisah ini kepada orang-orang
kafir (penyembah berhala), mereka
mencemooh dan tidak percaya dengan kata-
kata Nabi Muhammad S.A.W., sampai-sampai
orang yang imannya lemah keluar dari Islam
dan tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dan orang-orang kafir tahu
bahwa Nabi Muhammad S.A.W. mendapatkan
dukungan penuh dari Abu Bakar R.A. dan
dialah satu-satunya yang membela Nabi
Muhammad S.A.W. di sepanjang waktu. Jadi
mereka datang dan menceritakan kisah ini kepada Abu Bakar R.A. “Ya Abu Bakar,
apakah kau tahu apa yang dikatakan
temanmu? Dia berkata dalam satu malam dia
berjalan dari Masjidil Haram di Mekkah ke
Masjidil Aqsa di Yerussalem, dan dia kembali
dalam satu malam.” Abu Bakar R.A. menjawab “Jika temanku
berkata demikian, maka dia telah berkata
benar. Wahai orang-orang kafir, kalian telah
datang kepada Abu Bakar hari ini, Demi Allah,
aku mempercayainya dalam hal-hal yang jauh
lebih besar daripada ini! Aku mempercayai wahyu yang datang kepadanya setiap pagi dan
sore dari langit, dan kalian pikir kalian bisa
menjauhkanku dari Islam karena dia
menceritakan kisah ini? Jika dia telah berkata
demikian, maka dia telah bicara jujur.” Inilah mengapa dia disebut Shiddiq. Dia
memeluk Islam tanpa takut dengan bencana
yang akan menimpanya dan semua masalah
yang akan dia hadapi. Karena keimanannya
yang begitu besar, tidak ada rasa takut di
dalam hatinya. Hal ini terbukti ketika dia mendatangi Nabi Muhammad S.A.W. dan
berkata “Ya Rasulullah S.A.W., kita harus
berdakwah terang-terangan .” Nabi Muhammad S.A.W. menjelaskan “Ya Abu
Bakar, bukan sekarang waktunya. Jumlah
umat Muslim masih sangat sedikit di Mekkah.
Biarlah kita jadi kuat dahulu, barulah kita
menyampaikan pesan Allah secara terang-
terangan .” Abu Bakar R.A. terus memaksa sampai
akhirnya Nabi Muhammad S.A.W. memberikan
izin, padahal baru ada 39 Muslim yang ada di
muka bumi waktu itu. Kemudian Abu Bakar
R.A. pergi ke Masjidil Haram, di hadapan
orang-orang kafir dan pemimpin mereka, dia menyampaikan dakwahnya secara terang-
terangan . Ketika dia baru mulai berdakwah, orang-
orang kafir menerjangnya dan memukulinya,
menendangnya, menginjak-injak nya. Abu Bakar menerima begitu banyak pukulan
sampai-sampai di dalam hadist dikatakan
“Abu Bakar R.A. bersimbah darah dari ujung
kepala hingga ujung jari.”Mereka
memukulinya sampai dia pingsan dan setiap
orang yang ada di Masjidil Haram merasa bahwa Abu Bakar tidak mungkin bertahan
hidup setelah penyerangan ini, sampai-sampai
anggota klan-nya datang dan membawanya,
dan mereka berseru di Masjidil Haram bahwa
jika Abu Bakar meninggal, maka klannya akan
membunuh Utbah bin Rabiah karena telah mendalangi penyerangan ini. Abu Bakar R.A. tidak sadarkan diri.
Keluarganya berusaha membuatnya sadar
namun dia tetap tak sadarkan diri. Di
sepanjang hari sampai sore hampir berakhir,
dia tetap tak sadarkan diri. Dan akhirnya
ketika dia siuman, hadist mencatat bahwa kata-kata pertamanya adalah “Wahai
keluargaku, katakan bagaimana keadaan Nabi
Muhammad S.A.W.?” Anggota keluarganya dan anggota klannya
mendiskusikan hal ini... Sepanjang hari Abu
Bakar berada dalam keadaan sekarat, dia
dipukuli dengan begitu beringas, semua ini
terjadi karena rasa cintanya kepada
Muhammad bin Abdullah S.A.W. Dia baru siuman dan masih lemah, tapi satu-satunya
orang yang dia pikirkan adalah Muhammad
S.A.W. Dia terus-menerus bertanya “Wahai
ibu, katakan padaku bagaimana keadaan
Rasulullah S.A.W.?” Ketika ibunya
memberitahunya “Aku tidak tahu bagaimana keadaan sahabatmu.” Dia berkata “Pergilah ke Ummi Jamil
(saudara Umar) yang juga telah masuk Islam,
pergilah kepadanya dan tanyakan padanya,
dia telah masuk Islam secara sembunyi-
sembun yi.” Ketika ibunya pergi kepada Ummi Jamil, dia berkata “Aku tidak tahu apa
yang kau bicarakan, aku tidak kenal siapa itu
Abu Bakar, dan aku tidak kenal dengan
Muhammad bin Abdullah.” Meski berkata begitu, dia datang untuk melihat
keadaan Abu Bakar R.A., dan ketika dia
melihatnya dalam keadaan sekarat, dia tidak
dapat menyembunyikan keimanannya, dia
mulai menjerit dan menangis, dan Abu Bakar
berkata “Ya Ummi Jamil, kau telah melihat Rasulullah S.A.W., katakan padaku bagaimana
keadaan Rasulullah?” Ketika dia diberitahu
bahwa Rasulullah S.A.W. baik-baik saja dan
sedang berada di Darul Arqa, dia tidak tenang
dan bersumpah “Demi Allah, aku tidak akan
makan dan minum sampai aku melihat wajah Rasulullah S.A.W., sampai aku melihat bahwa
Nabi Muhammad S.A.W. baik-baik saja dan
berada di tempat yang aman.” Ibunya
khawatir karena Abu Bakar R.A. tidak mau
makan dan minum, dan ibunya tahu bahwa
tidak mungkin dia membatalkan sumpahnya karena dia telah menyebut nama Allah. Karena Abu Bakar R.A. masih lemah dan jalan
terlihat aman, maka ibunya membawanya ke
tempat Rasulullah S.A.W. Dan ketika dia
melihat wajah Rasulullah S.A.W. yang
dirahmati, dia merasa tenang. Dia mendekap
Nabi Muhammad S.A.W. dan menangis sedalam-dalamny a, sehingga Nabi Muhammad S.A.W. juga ikut menangis. dan
semua sahabat dan para Muslim lemah yang
ada disana juga ikut menangis. Kemudian dia
bertanya “Ya Rasulullah S.A.W., ini adalah
ibuku, dia selalu merawatku dengan baik, kau
adalah orang yang dirahmati. Ya Rasulullah, undanglah dia ke dalam Islam dan
berdo’alah kepada Allah S.W.T. agar
mengabulkan do'amu dan menyelamatkan
ibuku dari api neraka.” Nabi Muhammad
S.A.W. mengangkat tangannya dan kemudian
ibunya Abu Bakar R.A. mengucapkan kalimat La ilaha ilallah muhammadar rasulullah. Karena keberaniannya, Ali R.A. berkata
“Hanya satu jam bersama Abu Bakar lebih
baik daripada seluruh bumi yang dipenuhi
orang-orang beriman seperti orang-orang
beriman pada masa Fir’aun.” Hari ini ada
milyaran umat Muslim. Kemudian terjadi peristiwa 9/11 dan kita mulai kehilangan
identitas kita. Tiba-tiba umat Islam yang kuat
menjadi lemah, mereka mencukur jenggotnya,
mereka melepaskan identitas muslimnya.
Padahal pada masa itu belum ada milyaran
Muslim, baru ada 39 Muslim di muka bumi ketika Abu Bakar R.A. menyatakan
keimanannya secara terbuka dan
berdakwah/ menyampaikan pesan Allah di antara orang-orang kafir. Segalanya dia korbankan untuk Islam, dia
mengorbankan kekayaannya untuk Islam, dia
mengorbankan anak dan istrinya untuk Islam,
bahkan dia tidak menyisakan apa-apa
untuknya, dia menyumbangkan semuanya
untuk Islam. Dalam hadist Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi,
dan Imam Hakim, derajat hadist ini hasan
sahih. Umar R.A. meriwayatkan bahwa pada
suatu ketika ada perkumpulan di masjid
bersama Nabi Muhammad S.A.W. Nabi
Muhammad S.A.W. meminta kepada para sahabat R.A. untuk bersedekah di jalan Allah
S.W.T. Nabi Muhammad S.A.W. butuh dana
untuk mempersiapkan para Mujahidin dan
mengirim mereka untuk melawan orang-
orang kafir di Tabuk. Tabuk berjarak sekitar
700 km dari Madinah. Umar R.A. berkata “Aku begitu bahagia ketika Nabi Muhammad
S.A.W. mengumumkan ini karena pada waktu
itu aku mempunyai kekayaan. Dan aku
berpikir bahwa hari inilah kesempatanku
untuk mengalahkan Abu Bakar dalam berbuat
kebaikan. Aku akan mengalahkan Abu Bakar karena dia tidak punya harta benda yang
banyak, sehingga aku dapat menyumbang
lebih banyak di jalan Allah S.W.T. Kemudian
aku pulang ke rumah dan menceritakan hal ini
kepada istriku. Dan segala yang kami punya,
aku membaginya dengan takaran yang sama. Aku meninggalkan setengah hartaku untuk
keluargaku, kemudian setengahnya lagi
kupikul dengan bahuku ke masjid. Ketika Nabi
Muhammad S.A.W. melihatku membawa harta
benda di bahuku, dia bertanya: ‘Ya Umar,
apa yang kau bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?’” Aku menjawab “Ya Rasulullah S.A.W., aku
telah meninggalkan sesuatu untuk mereka.”
Rasulullah S.A.W. bertanya “Ya Umar, apa
yang kau tinggalkan?” Aku menjawab “Ya
Rasulullah S.A.W., aku membagi segala yang
kupunya dalam dua bagian. Aku meninggalkan setengah untuk keluargaku, dan aku
memberikan setengahnya lagi untuk Allah dan
rasul-Nya S.A.W.” Kemudian datanglah Abu
Bakar dan dia membawa harta bendanya di
bahunya. Aku tersenyum dan berkata dalam
hati, “Hari ini aku dapat mengalahkan Abu Bakar R.A. dalam melakukan kebaikan dan
bersedekah di jalan Allah S.W.T.” Ketika
Rasulullah S.A.W. melihat Abu Bakar R.A.
membawa hartanya, Rasulullah S.A.W.
bertanya “Ya Abu Bakar, apa yang kau
bawakan untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?” Abu Bakar R.A. menjawab “Ya Rasulullah
S.A.W., segala hal yang dimiliki tangan ini telah
kubawakan untukmu dan aku meninggalkan
Allah dan rasul-Nya untuk keluargaku. Allah
yang akan menjaga keluargaku.” Segala
harta yang dimilikinya dia korbankan untuk Islam. Ketika Abu Bakar R.A. masuk Islam, dia
mempunyai 40.000 dinar. Pada saat memeluk
Islam hingga berhijrah, dia telah
membelanjakan 35.000 dinar, bukan untuk
dirinya, namun untuk Islam dan Nabi
Muhammad S.A.W. Apa yang terjadi dengan 5.000 dinar sisanya? Dengarkanlah putrinya
(Asma binti Abu Bakar) meriwayatkan. “Datanglah waktunya berhijrah, ayah kami
pergi dengan Nabi Muhammad S.A.W. dan
5.000 dinar yang dia punya dibawanya dengan
Nabi Muhammad S.A.W. Kakek kami, Abu
Quhafa datang. Dia seorang buta dan dia
bertanya “Wahai cucuku, kurasa dia telah pergi dan dia telah mengambil semua yang dia
miliki.” Kujawab "Kakek, dia tidak
melakukan ini dan meninggalkan cukup
banyak harta.” Kakekku buta. Aku
mengambil beberapa batu dan aku
menaruhnya di tempat dimana biasanya ayahku menyimpan koinnya. Aku mengambil
sepotong kain dan untuk membungkus
bebatuan itu. Kemudian aku memegang tangan
ayahku dan membuatnya menyentuh kain itu,
kemudian aku berkata: ‘lihatlah dia
meningggalkan cukup banyak (harta) untuk kita.’ Aku bersumpah demi Allah, ayah kami
tidak meninggalkan apapun untuk anaknya,
yang aku lakukan hanyalah menghibur kakek
kami sehingga dia berpikir ayah kami
meninggalkan sisa hartanya.” Ketika berkenaan dengan Islam, semuanya dia
disumbangkan. Dalam hadist Ibnu Umar, Nabi
Muhammad S.A.W. sedang duduk-duduk dan
ada Abu Bakar di sampingnya. Abu Bakar
mengenakan sebuah pakaian yang dia ikatkan
dengan dua buah batang kayu. Jibril A.S. turun dari langit dan menyampaikan salam dari
Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W.,
kemudian dia bertanya “Ya Rasulullah S.A.W.,
kenapa aku melihat Abu Bakar mengenakan
sebuah pakaian yang diikatkan dengan dua
buah batang kayu?” Nabi Muhammad S.A.W. memberitahu Jibril
“Ya Jibril, semua yang dimiliki orang ini telah
dibelanjakan untukku dan Islam sehingga
sekarang dia tak punya apa-apa, dan itulah
mengapa kau melihatnya dalam kondisi
seperti ini.” Jibril A.S. berkata “Ya Muhammad S.A.W.,
sampaikanlah salam dari Allah kepada orang
ini, dan sampaikan padanya bahwa Tuhanmu
berfirman: ‘Wahai Abu Bakar, katakanlah,
apakah kau merasa senang kepada Tuhanmu
dalam kemiskinan ini, atau apakah kau tidak senang dan kecewa kepada Tuhanmu?’ Nabi S.A.W. menyampaikan pesan dan salam
dari Allah kepada Abu Bakar R.A. Kemudian
dia bertanya kepadanya “Wahai Abu Bakar,
apakah kau merasa senang kepada Allah
dengan kemiskinan ini, atau apakah kau tidak
senang kepada Allah?” Air mata Abu Bakar mulai mengalir dan dia
menjawab “Ya Rasulullah, apakah Abu Bakar
marah kepada Tuhannya? Karena Abu Bakar
tidak pernah marah kepada Tuhannya. Abu
Bakar merasa senang dengan Allah, Abu Bakar
merasa senang dengan Allah, Abu Bakar merasa senang dengan Allah dalam
kemiskinan ini.” Dia tidak membiarkan siapapun mencela
Islam, bahkan anggota keluarganya sendiri.
Diriwayatkan bahwa ketika Abu Quhafa (ayah
Abu Bakar) masih dalam keadaan kafir, dia
mencela Nabi Muhammad S.A.W. Abu Bakar
R.A. tidak dapat menoleransi hal ini dan dia menampar ayahnya. Ketika Nabi Muhammad
S.A.W. diceritakan tentang kejadian ini dan dia
memanggil Abu Bakar dan menanyakan
tentang hal ini, inilah jawabannya: “Ya Rasulullah S.A.W., pada waktu itu jiwaku
sedang tidak bersamaku, andaikan jiwaku ada
bersamaku, Ya Rasulullah S.A.W., maka aku
akan MEMBUNUH ayahku karena mencelamu
dengan kata-kata yang tidak pantas.” Dalam hadist yang dicatat oleh Ibn Abi Syaibah,
anaknya, Abdurrahman bin Abu Bakar,
mengingatkannya tentang suatu kejadian dalam perang Uhud. Anaknya berkata “Ya
ayah, aku melihatmu dalam perang Uhud
ketika kau berdiri bersama orang-orang
beriman, dan aku berharap dapat dengan
mudah membunuhmu, tapi ketika aku berpikir
dan mengingat bahwa kau adalah ayahku, maka aku menjauh.” Abu Bakar R.A. menjawab “Wahai putraku,
itulah dirimu, tapi inilah diriku. Andaikan aku
melihatmu pada hari itu, maka aku tidak akan
berpaling dan aku tak akan berpikir bahwa
kau adalah anakku, karena pada saat itu kau
dalam keadaan kafir dan kau berpihak pada orang-orang kafir, dan kau menjadi rintangan
bagi din yang dibawa oleh Muhammad S.A.W.,
maka aku akan memisahkan kepalamu dari
tubuhmu dan membunuhmu.” Pada masa 6 tahun setelah berhijrah, orang-
orang munafik menyebarkan gosip dan
tuduhan palsu kepada ibunda kita, Aisyah R.A.,
mereka berkata bahwa Aisyah telah menodai
kesucian dan kesalehannya. Nabi Muhammad
S.A.W. begitu mencintai Aisyah R.A. Dan karena cinta yang dimiliki Nabi Muhammad
S.A.W. kepada Aisyah R.A., di sangat bersedih
karena mendengar tuduhan ini. Dan yang
membuatnya lebih sulit adalah tidak ada
wahyu dari Allah yang meluruskan tuduhan
ini. Jadi hal ini menjadi begitu sulit bagi Aisyah R.A. dan Nabi Muhammad S.A.W. Bayangkanlah
bagaimana kesulitan yang diderita oleh Aisyah
R.A. pada waktu itu. Karena tuduhan palsu ini,
Aisyah R.A. tidak menerima perhatian dan
cinta yang biasanya diberikan oleh Nabi
Muhammad S.A.W. karena pada saat itu dia begitu sedih. Dan biasanya, ketika seorang wanita sedang
dalam kesukaran dan dia mempunyai
masalah, seorang wanita yang telah bersuami
selalu kembali ke rumah ayah dan ibunya.
Ibunda kita Aisyah R.A. meminta izin kepada
Nabi Muhammad S.A.W. untuk pulang ke rumah ayahnya (Abu Bakar R.A.) dan ibunya.
Rasulullah S.A.W. memberinya izin sehingga
pulanglah Aisyah R.A. ke rumah orangtuanya.
Mereka hidup dalam rumah dua tingkat.
Ibunya ada di bawah sedangkan Abu Bakar
R.A. ada di lantai atas. Ketika ibunya melihat Aisyah R.A. pulang ke
rumah pada waktu yang tidak biasanya,
ibunya khawatir dan dia bertanya:“Wahai
Aisyah, apakah semuanya baik-baik saja?
Kenapa kau pulang?” Aisyah menceritakan
kejadiannya dan seakan-akan ibunya telah ditimpa oleh gunung, tapi dia tetap kuat dan
teguh, dia menasihati anaknya untuk
memberinya kekuatan “Wahai Aisyah, tidak
ada yang perlu dikhawatirkan.” Ketika seorang wanita begitu dicintai oleh
suaminya, apalagi seperti cintanya Rasulullah
S.A.W. kepada Aisyah R.A., maka orang-orang
kadang bicara buruk untuk menjatuhkan
wanita itu di mata suaminya. Aisyah R.A. tidak
merasa beban ini begitu berat. Karena begitu sedih, dia berteriak dan menangis. Ketika Abu
Bakar R.A. mendengar jeritan putrinya, dia
bergegas ke bawah. Ketika Abu Bakar mengetahui persoalannya,
air mata mulai membasahi pipinya, kemudian
dia berkata kepada putrinya “Kau akan pergi
ke rumahmu sendiri. Pulanglah ke rumah,
maka kami juga akan mengikutimu.” Aisyah R.A. kembali ke rumah dan mereka
mengikutinya. Aisyah R.A. jatuh sakit karena
peristiwa ini. Karena begitu sedih dia menjadi
demam dan dia berbaring di pangkuan ibunya.
Setelah Ashar datanglah Nabi Muhammad
S.A.W. dan dia bertanya kepada Aisyah R.A. tentang gosip dan tuduhan yang telah tersebar.
Disana ada Abu Bakar R.A. dan Ummi Rumman
R.A. (ayah dan ibu Aisyah R.A.) Nabi Muhammad S.A.W. bertanya dan Aisyah
mendekat kepada ibu dan ayahnya, dia
berpikir bahwa disini dia akan dibela ibu dan
ayahnya, dia berkata “Ya ayah, jawablah
mewakili diriku. Kau yang membesarkanku,
aku telah tinggal bersamamu selama bertahun-tahun, kau tahu kesalehan dan kesucianku. Wakililah diriku dan jawablah
pertanyaan Nabi Muhammad S.A.W.” Ketika tuduhan seperti ini ditujukan kepada
putri mereka, orangtua mana yang tidak akan
membela putrinya? Ditambah Aisyah R.A.
bukanlah wanita biasa, kesalehan dan
kesuciannya terkenal ke seluruh penjuru
Arab. Tidak pernah ada noda yang datang pada dirinya dan tiba-tiba tersebarlah tuduhan
palsu ini. Tentu orangtua manapun di dunia
akan membela putrinya dalam situasi seperti
ini. Tapi Abu Bakar dan Ummi Rumman tidak
seperti kita, mereka adalah orang-orang
dengan keimanan yang luar biasa dan mereka begitu mencintai Rasulullah S.A.W. Di satu sisi
mereka dapat melihat putri mereka sedang
bersedih, dan di sisi lainnya mereka tahu yang
dialami Rasulullah S.A.W. Dan mereka lebih
menyayangi Nabi Muhammad S.A.W. daripada
1.000 Aisyah sekalipun, sehingga mereka berkata “Ya Aisyah, kami tidak bisa
mengatakan apa-apa tentang hal ini...” Inilah
cinta yang Abu Bakar miliki untuk Nabi
Muhammad S.A.W. Abu Bakar R.A. lebih
mencintai Nabi Muhammad S.A.W. daripada
putrinya sendiri. Umar R.A. meriwayatkan “Hanya satu hari
bersama Abu Bakar lebih baik daripada Umar
dan keluarga Umar, dan hanya satu malam
bersama Abu Bakar lebih baik daripada Umar
dan keluarga Umar.” Dan malam yang dia
maksud disini adalah malam ketika Abu Bakar berhijrah bersama Nabi Muhammad S.A.W.
Umar berkata “Abu Bakar R.A. pergi
bersama Rasulullah S.A.W. pada saat berhijrah.
Terkadang dia berjalan di depan, dan tiba-tiba
dia berbalik dan berjalan di belakang Nabi
Muhammad S.A.W. Karena melihat ini, Nabi Muhammad S.A.W. bertanya kepada Abu
Bakar “Ya Abu Bakar, ada apa, kenapa kau
berjalan di depan kemudian kau tiba-tiba
berlari ke belakang dan berjalan di
belakang.” Dia menjelaskan “Ya Rasulullah
S.A.W., tiba-tiba aku mengingat bahwa akan ada orang-orang yang mengejarmu, jadi untuk
melindungimu, maka aku bergegas ke
belakang. Tiba-tiba aku mengingat bahwa
sebagian orang-orang kafir mungkin telah ada
di depan dan bersembunyi, maka aku
bergegas ke depan untuk melindungimu misalnya ada orang yang ingin
menyerangmu.” Akhirnya mereka sampai di gua dan Abu
Bakar R.A. berkata kepada Rasulullah S.A.W.
“Ya Rasulullah, tunggu disini.” Abu Bakar
memasukinya duluan dan dia membersihkan
gua itu. Kemudian dia menutup semua lubang
yang dapat dilihatnya, barulah dia meminta Nabi Muhammad S.A.W. untuk memasukinya
dan meminta Nabi Muhammad S.A.W. untuk
istirahat. Kemudian Nabi Muhammad S.A.W.
beristirahat dengan menempatkan kepalanya
di pangkuan Abu Bakar R.A. Dalam hadist Imam Thabarani yang
diriwayatkan Asma R.A., dia telah menutup
semua lubang kecuali satu lubang. Dia
menyadari bahwa mungkin terdapat binatang
berbahaya di dalam lubang itu dan dia
khawatir binatang itu akan keluar dan menggigit Nabi Muhammad S.A.W. ketika Nabi
Muhammad S.A.W. sedang beristirahat, maka
dia memasukkan tumitnya ke dalam lubang itu
untuk menutupnya. Tapi lubang itu ternyata adalah rumah bagi
ular berbisa, dan ketika dia menempatkan
tumitnya disana, ular itu menggigitnya.
Bayangkanlah betapa luar biasa rasa sakitnya
ketika Abu Bakar R.A. dipatuk oleh seekor
ular. Abu Bakar pasrah dan dapat menerima jika memang dia harus mati karena dipatuk
ular itu, namun dia tidak dapat menerima jika
dia meringis dan bergerak untuk menahan
rasa sakit itu, karena hal itu membuat Nabi
Muhammad S.A.W. terbangun dari tidurnya.
Dengan begitu dia tetap diam dan menahan rasa sakitnya. Tiba-tiba air matanya terjatuh
mengenai wajah Rasulullah S.A.W., sehingga
Rasulullah S.A.W. pun terbangun dan
menyadari tentang apa yang terjadi. Kemudian
Rasulullah S.A.W. mengoleskan ludahnya pada
luka Abu Bakar R.A. sehingga bisa ular itu tidak berpengaruh apa-apa pada dirinya. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa
ketika orang-orang kafir ada di sekitar gua
itu, Nabi Muhammad S.A.W. pada saat itu
sedang shalat, air mata mulai menetes dari
mata Abu Bakar. Ketika Nabi Muhammad
S.A.W. selesai shalat, Abu Bakar R.A. berkata “Ya Rasulullah S.A.W., biar kukorbankan
orangtuaku, aku tidak menangis untuk diriku
sendiri atau merasa takut bahwa aku akan
terbunuh hari ini. Ya Rasulullah S.A.W. aku
menangis karena mungkin saja kau berada
dalam masalah sedangkan aku ada disini”, dan Abu Bakar tidak dapat menoleransi
Rasulullah S.A.W. berada dalam masalah
sedangkan dia ada disana. Dan karena kecintaannya kepada Islam dan
Rasulullah S.A.W. sehingga dia bisa tetap kuat
dan teguh ketika para sahabat-sahabat
lainnya sudah berputus asa. Jika kalian
membaca buku hadist, kalian akan menyadari
bahwa Abu Bakar R.A. begitu penyayang, hatinya lembut, ketika Nabi Muhammad S.A.W.
berada di saat-saat terakhirnya, para sahabat
datang dan berkata “Ya Rasulullah, sekarang
waktunya shalat.” Nabi Muhammad S.A.W.
bersabda “Katakan kepada Abu Bakar bahwa
dia yang akan mengimami shalatnya.” Apa yang dikatakan Aisyah R.A. pada saat itu?
Aisyah R.A. menjelaskan “Ya Rasulullah
S.A.W., biarlah Umar yang mengimami
shalatnya. Abu Bakar sangat penyayang dan
hatinya lembut, dia sering menangis ketika
shalat, dan jika dia menangis maka para jamaah tidak akan dapat mendengar
bacaannya, maka lebih baik jika kau
menyuruh Umar.” Dalam hadist lainnya ketika Nabi Muhammad
S.A.W. meninggal, dia memberikan
berdakwah. Dia menyebutkan "tahun lalu aku
mendengar Rasulullah bersabda..." dia baru
saja mengatakan kata-kata ini dan dia tidak
dapat mengontrol dirinya, air matanya mengalir. Ketika mulai tenang dia kembali
berkata “Tahun lalu aku mendengar
Rasulullah bersabda...” dan lagi-lagi dia
kehilangan kontrol dan air matanya mengalir. Dan camkan ini dalam pikiran, bagaimana Abu
Bakar R.A. dapat tetap kuat dan teguh, dan
karena keteguhannya, maka agama Islam
yang dibawa Rasulullah S.A.W. dapat tetap
kuat seperti yang seharusnya. Hal ini tidak
dapat kita pahami, dan kesukaran yang dialaminya begitu besar sampai-sampai ibunda
kita meriwayatkan: “Ketika Nabi Muhammad
S.A.W. wafat, ayahku mengalami kesukaran
dan permasalahan yang luar biasa, andaikan
masalah itu jatuh ke atas gunung yang besar,
maka gunung itu akan hancur dan berubah menjadi debu.” Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, menurut
kalian bagaimana perasaan para sahabat?
Ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat, apa
yang mereka alami? Ketika anggota keluarga
kita wafat, apa yang kita rasakan? Betapa
sedihnya kita pada saat orang terdekat kita meninggal, menurut kalian bagaimana
perasaan para sahabat ketika Nabi
Muhammad S.A.W. wafat? Karena ini bukanlah
wafatnya seorang manusia biasa, ini adalah
wafatnya makhluk terbaik ciptaan Allah.
Bahkan para sahabat tidak tahan berpisah dengannya bahkan sedetik pun, seseorang
yang lebih mereka cintai daripada diri
mereka, keluarga, anak-anak mereka, dan
segalanya. Seorang sahabat pernah berkata “Ya
Rasulullah S.A.W., ayahku berpihak pada
musuh, dia mencelamu, aku tidak dapat
menoleransi ini, sehingga aku memenggal
kepalanya dari tubuhnya.” Sahabat kedua datang pada waktu berjihad
dengan membawa anaknya dalam balutan
kain, “Ya Rasulullah, aku tahu dia adalah
putraku, dia tidak dapat berperang, aku tahu
dia tidak dapat berjihad, aku tahu dia tidak
dapat memegang pedang, tapi ya Rasulullah, ambillah putraku ini dan gunakan dia sebagai
tameng, kapanpun orang-orang kafir datang
dari kanan, maka gunakan dia sebagai
tameng, kapanpun orang-orang kafir datang
dari kiri, maka gunakan dia sebagai
tameng.” Sahabat ketiga datang dan dia berdiri
melindungi Rasulullah S.A.W. ketika orang-
orang kafir menyerang Rasulullah S.A.W.,
sahabat ini yang menahan panah dan tebasan
pedang dengan dadanya.” Sahabat keempat datang dan berkata “Ya
Rasulullah S.A.W. kau lebih kusayangi daripada
jiwaku, kau lebih kusayangi daripada
keluarga dan anak-anakku, ketika aku berada
di rumah dan memikirkanmu, maka aku
menjadi gelisah sampai aku datang dan melihatmu, aku tahu suatu hari kau akan
wafat, dan aku juga akan wafat. Ketika kau
wafat, karena derajatmu yang mulia, maka
kau akan bersama para anbiyya. Ya
Rasulullah, apa yang akan terjadi dengan
diriku, karena ketika aku masuk surga maka aku tidak akan bisa melihatmu. Ya Rasulullah,
hanya karena memikirkan perpisahan ini
membuatku begitu sedih.” Ketika Rasulullah S.A.W. meludah, mereka
akan berlomba-lomba ke tanah bekasnya dan
mereka akan membasuhkan tanah itu ke
tubuh dan wajah mereka. Seperti yang diriwayatkan bahwa tidak
pernah ada seorang budak yang begitu setia
pada tuannya, bagaikan setianya para sahabat
kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dan camkan
ini, bagaimana menurut kalian yang dirasakan
para sahabat ketika Nabi Muhammad S.A.W. wafat? Inilah mengapa ketika kita membaca kitab
hadist dan sirah, kita tahu bahwa sampai-
sampai Ustman R.A. tidak bergerak, dia tidak
sadar apa yang terjadi ketika Rasulullah
S.A.W. wafat, Ali R.A. jatuh pingsan, seorang
sahabat yang merupakan orang Badui menengadahkan tangannya dan berdo’a
“Ya Allah, mata ini sehingga aku bisa melihat
rasul-Mu yang dirahmati, telinga ini sehingga
aku bisa mendengar suaranya yang dirahmati,
tapi sekarang dia tak ada lagi, jadi apa
gunanya mata dan telinga ini?” Do’anya dikabulkan sehingga sejak saat itu dia menjadi
buta. Seorang sahabat berkata “Andai saja kita
tidak perlu melihat hari ini, anda saja kita
telah wafat sebelum hari ini.” Inilah situasi umumnya bagi umat Muslim.
Sekarang lihatlah situasinya untuk Abu Bakar
R.A. Ketika ini terjadi, hati para sahabat
hancur, mereka sangat bersedih dan berputus
asa. Abu Bakar datang. Ini hari terakhir
kehidupan Rasulullah S.A.W. Nabi Muhammad S.A.W. menyuruhnya untuk mengimami shalat.
Dia mengimami orang-orang beriman dalam
shalat. Kemudian dia datang dan meminta izin
kepada Nabi Muhammad S.A.W. Dia pergi
pulang ke rumahnya sebentar untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Kemudian ketika dia kembali, dia mendengar kabar
bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat.
Air matanya mengalir dan kata-kata yang
meluncur dari bibirnya adalah “Inna lillahi
wa inna ilaihi roji’un (kita adalah milik Allah
dan kepada Allah kita akan kembali).” Dia bergegas dan akhirnya tersadar bahwa
berita ini telah membuat para sahabat hancur
sampai-sampai sahabat terkuat, yaitu Umar
bin Khatab R.A., dia berdiri dengan
menggenggam sebuah pedang di tangannya
dan berkatac“Para kafir berkata bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat, Demi Allah dia
belum meninggal. Dia belum kembali menemui
Tuhannya. Demi Allah, jika siapapun
mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah
meninggal, maka aku akan memenggal kepala
mereka. Jika bahkan Umar R.A. hancur, maka menurut
kalian bagaimana perasaan para sahabat yang
memiliki hati lembut dan sahabat-sahabat
yang lemah? Jika dalam situasi seperti ini Abu
Bakar hancur, maka dapat dimaklumi karena
dia orang yang paling dicintai Nabi Muhammad S.A.W. Ketika Nabi Muhammad S.A.W. ditanya “Siapa
orang yang paling kau cintai?” Jawabannya
adalah “Aku paling mencintai Abu Bakar.” Dia paling mencintai Nabi Muhammad S.A.W.
Dialah orang yang bersama Nabi Muhammad
S.A.W. sejak masa kecil.
Dialah orang pertama yang beriman kepada
Nabi Muhammad S.A.W.
Dialah satu-satunya yang menerima dan beriman ketika orang-orang mencelanya.
Dialah satu-satunya orang yang rumahnya
selalu dikunjungi Nabi Muhammad S.A.W.
setiap pagi dan sore.
Dialah orang yang sering dimintai pendapat
oleh Nabi Muhammad S.A.W. Dialah orang yang paling sering bersama Nabi
Muhammad S.A.W. dalam setiap momen,
Dia bersama Nabi Muhammad dalam perang
Uhud, Badar, Khandaq, dan perang-perang
lainnya. Jadi dalam situasi seperti ini, jika Abu Bakar
R.A. hancur maka dapat dimaklumi. Tapi
lihatlah bagaimana Abu Bakar R.A. Dia datang
dan meminta izin kepada istri Rasulullah
(Aisyah R.A.). Dia memasuki rumahnya dan
Nabi Muhammad S.A.W. berbaring di sudut ruangan dengan diselubungi kafan. Dia datang
dan membuka kafannya, dia berlutut dan
mencium wajah Nabi Muhammad S.A.W. yang
dirahmati dan air matanya mengalir.
Kemudian dia berkata “Umar bin Khatab
salah. Nabi Muhammad S.A.W. telah meninggalkan dunia, dia telah meninggal. Ya
Rasulullah, Allah merahmatimu.” Ketika melihat situasi yang sulit menimpa para
sahabat dan umat Muslim, dia pergi dan
menuju masjid untuk berceramah dan
menguatkan umat Muslim, menasihati mereka,
dan menyemangati mereka kembali. Dia berkata “Wahai sahabat-sahabat ku, Nabi Muhammad S.A.W. telah memberitahu
kalian bahwa dia akan pergi meninggalkan
dunia ini. Allah telah berfirman pada kalian
ketika Nabi Muhammad S.A.W. masih hidup.
Allah juga telah berfirman bahwa kalian juga
akan mati. Bukankah Allah S.W.T. telah berfirman: Segalanya akan merasakan akhir,
hanya Tuhanmu yang tetap hidup. Setiap yang
bernyawa akan merasakan kematian.’
Wahai orang-orang yang menyembah Allah.
Allah Yang Maha Kuasa tetap hidup dan tak
pernah mati. Rasulullah S.A.W. sudah wafat, takutlah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan
berpegang teguhlah kepada Islam.” Baru setelah ceramah inilah para sahabat R.A.
mulai bisa mengatasi kesedihan mereka,
bahkan ketika Abu Bakar membacakan ayat-
ayat Al-Qur’an, Umar R.A. berkata
“Seakan-akan ayat Al-Qur'an ini belum
diwahyukan sebelum ini.” Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan
sebuah do’a. Saya berdo’a kepada Allah
S.W.T. semoga Dia memberikan kita taufiq
untuk mencintai Islam, untuk mencintai Nabi
Muhammad S.A.W., untuk mencintai Allah
S.W.T., untuk mencintai para salafush sholihin, mengikuti jalan para salaf, semoga kita selalu
semangat untuk berkorban, berkomitmen, dan
mengabdikan diri kepada Islam seperti yang
mereka lakukan. Aamiin.

Kembali ke post
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE
Balik maning ke Awwal
TOP RANK15:10Mozilla

XtGem Forum catalog